Anda perlu mengerahkan energi total untuk mengasilkan kinerja optimal. Dalam mengelola energi, prinsipnya bukan berapa banyak waktu yang dihabiskan tetapi berapa banyak energi yang Anda curahkan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Jadi, seorang yang bekerja dua jam saja tetapi dengan energi 100% bisa sama efektifnya dengan mereka yang bekerja empat jam, tetapi hanya mempunyai energi 50%. Artinya, lamanya waktu bekerja tidak selalu berbanding lurus dengan produktivitas kerja. Waktu yang lama tidak identik dengan kerja produktif. Karena itu, tantangannya adalah bagaimana dengan waktu yang terbatas Anda mampu mengerjakan banyak hal sesuai target dan, dikerjakan sebaik mungkin. Pada titik inilah, manajemen energi menjadi penting. Orang mampu bekerja baik jika mempunyai energi yang berlimpah. Jadi, kuncinya: Bekerja dengan total energi.
Pada dasarnya, untuk mengelola energi, Anda hanya perlu melakukan tiga langkah:
- Menghindari banyaknya “kebocoran emosi.” Kebocoran emosi terjadi bila hati Anda hanya tinggal separuh saat mengerjakan tugas. Anda bekerja dengan setengah hati. Inilah yang terjadi saat tubuh beraktivitas, tetapi pikiran dan hati Anda melayang ke tempat lain. Akibatnya, Anda tidak bisa fokus bekerja. Pekerjaan yang dikerjakan dengan semangat setengah-setengah tentunya juga akan memberikan hasil yang setengah-setengah pula. Banyak eksekutif sukses karena kemampuan mereka mengatasi kebocoran emosi ini. Mereka bekerja dengan hati, pikiran, dan raga yang 'hadir' secara total di tempatnya bekerja. Dalam pepatah Latin disebut Age Quod Agis, bekerja dengan totalitas penuh.
- Mampu untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Sifat menunda-nunda pekerjaan (prokrastinasi) merupakan kebiasaan yang bisa menghabiskan banyak energi kerja. Setelah ditunda, pekerjaan justru akan semakin susah diselesaikan. Pekerjaan lain menyusul dan akhirnya menumpuk. Bahkan, orang yang cenderung menunda pekerjaan justru akhirnya tidak mengerjakan apa-apa. Dalam bukunya Eat the Frog, Brian Trcay menyarankan bahwa justru pekerjaan yang sulit (diibaratkan seperti katak paling besar dan jelek) adalah yang harus ditangani dulu, sehingga pekerjaan yang sulit menjadi lebih mudah diselesaikan. Dalam hal ini, Anda dituntut untuk mampu membuat prioritas pekerjaan. Semakin sulit dan menyebalkan, sebaiknya ditangani dulu. Sebab kalau tidak, mungkin akhirnya tidak akan pernah Anda sentuh lagi.
- Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk memulai. Banyak orang menunda dan memersiapkan pekerjaan secara bertele-tele. Mereka menunggu mood datang. Padahal, datangnya mood tidak bisa ditebak. Tidak ada waktu yang tepat selain memaksa untuk memulainya. Kalaupun tidak merasa nyaman, mulailah dengan standar rendah dengan mencoba membuat draft lebih dulu. Perlahan-lahan, barulah dipoles menjadi sempurna. Harus ada disiplin. Di sini, diperlukan sikap untuk melawan kencenderungan negatif. Kalau cenderung menunda pekerjaan, lawanlah dengan mengerjakannya secara total.
Sumber:
0 Respon:
Post a Comment